Filsafat, religi dan seni di berbagai suku di Provinsi Papua Selatan memiliki hubungan sebab-akibat yang menjadikan kebudayaan di Papua Selatan memiliki kekuatan untuk tetap lestari di tengah arus modernisasi saat ini. Meski demikian de facto mengorek perhatian dan orientasi kita bahwa perubahan sosial yang dipicu oleh peradaban moderen mempengaruhi semangat dan orientasi para seniman di setiap kabupaten di Provinsi Papua Selatan ini. Para seniman dan pelaku budaya di Kabupaten Asmat juga tak luput dari pusaran modernisasi. Kita menyadari bahwa saat ini kita sedang berada masa transisi perubahan social kultural. Nilai-nilai budaya yang dirawat di kampung-kampung “digempur” oleh unsur-unsur modern. Dalam dinamika ini, tidak ada pilihan lain selain perlunya semangat bersama untuk berkolaborasi mempertahankan dan mengembangkan nilai dan kearifan lokal yang telah dirawat selama ini. Pesta Budaya Asmat yang telah dilaksanakan sejak 1981 adalah refleksi bersama: Adat, Gereja dan Pemerintah untuk melindungi jati diri Suku Asmat dan Suku-suku pribumi lain di Kabupaten Asmat. Pesta Budaya Asmat yang kini berganti namanya menjadi Festival Asmat Pokman adalah moment dan ruang untuk memotivasi dan mengapresiasi para seniman untuk terus mempertahankan dan mengembangkan daya cipta seni. Event budaya ini akan menjadi motivasi bagi para pelaku kebudayaan di antara suku-suku di Provinsi Papua Selatan.

Penyelenggaraan FAP ke-38 yang akan datang akan diperluas, tak hanya ekshibisi seni mengukir, tetapi juga mengangkat kearifan lokal lain. Misalnya pangkur sagu dan kuliner lokal, Trip Bakau untuk mendorong ekowisata dan perlindungan ekosistem Kabupaten Asmat, talkshow Ekonomi Kreatif, lokakarya seni dekorasi tubuh khas Asmat, eksebisi beberapa pesta adat, seperti pesta perahu dll.