Kabupaten Klungkung, salah satu daerah yang terletak di Bali memiliki segudang tradisi unik yang masih dilestarikan hingga saat ini. Kayanya adat dan budaya di daerah ini membuat tak jarang turis yang datang untuk turut mengabadikan momen-momen pelaksanaan tradisi Klungkung yang masih terasa kental kebudayaannya. Simak ulasan 5 tradisi menarik di Klungkung Bali berikut ini:
1. Tradisi Unik Kabupaten Klungkung: Dewa Mesraman
Sumber: baliexpress.jawapos.com
Dewa Mesraman merupakan salah satu tradisi unik Bali yang digelar dua kali dalam setahun, yaitu setiap Hari Raya Kuningan. Kata Dewa Mesraman, berasal dari kata mesra yang berarti “bersenang-senang, bermesraan, bersenda gurau”. Tradisi ritual ini datang dari para pendatang dari desa asal Timbrah Karangasem. Tradisi ini diselenggarakan di Pura Panti Timbrah dan berlangsung selama 1 jam.
Tradisi ini dilaksanakan dengan tujuan mewujudkan bakti pada leluhur yang dipuja di Pura Panti Timbrah. Puncak dari ritual Dewa Masraman terjadi saat perarakan enam jempana yang dikelilingi oleh penari. Satu jempana lainnya sebagai simbol Ida Batara Lingsir yang paling dituakan dan tidak ikut dengan 6 jempana lainnya. Enam jempana diarak seolah terjadi perang lalu saling mengejar satu sama lain sehingga menimbulkan suasana yang seru dan menegangkan. Seusai perang, mereka diarak mengelilingi pura searah jarum jam kemudian distanakan di Bale Pengaruman Agung. Ida Batara Lingsir, distanakan terpisah di Bale Pajenengan. Para pemuda tidak tampak kelelahan melainkan tampak senang dan gembira setelah selesai melakukan prosesi ini.
2. Budaya Arak Sapi Keliling Desa: Tradisi Mecaru Mejaga-jaga
Sumber: bali.tribunnews.com
Mecaru Mejaga-jaga dilaksanakan di Kabupaten Klungkung tepatnya di Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa Kelurahan Semarapura Kaja. Tradisi unik ini digelar setiap Agustus pada tilem sasih karo. Tujuan dari diselenggarakannya tradisi ini ialah untuk meminta kesuburan lahan pertanian dan menepis hal-hal negatif.
Sarana utama dari pelaksanaan Mecaru Mejaga-jaga ini adalah seekor sapi cula pilihan yang dipilih oleh keturunan Pemangku Prajapati, Pemengku Catus Pata, serta Pemangku Dalem. Sapi ini melalui berbagai prosesi mulai dari perarakan hingga penyembelihan dan pengolahan. Masyarakat setempat meyakini bahwa ceceran darah sapi ini menjadi darah kurban untuk menjaga Desa Besang Kawan Tohjiwa. Selain itu, darah sapi yang berceceran ini diminati oleh masyarakat karena dipercaya dapat menjadi obat untuk menghilangkan semua penyakit.
3. Tradisi Nyaagang untuk Mengantar Roh Leluhur ke Nirwana
Sumber: tvrinews.com
Tradisi Nyaagang merupakan salah satu tradisi warga Klungkung yang dilaksanakan saat Hari Raya Kuningan. Ritual ini merupakan sebuah penghormatan yang diyakini akan mengantar roh leluhur kembali ke nirwana.
Sesajen dari jajanan matang dan mentah merupakan sarana dari ritual Nyaagang dan menjadi wujud perpisahan roh leluhur dengan kerabatnya yang masih ada di alam fana. Para roh diyakini datang saat Hari Raya Galungan dan mengunjungi keluarganya selama 16 hari. Pada saat Hari Raya Kuningan-lah mereka akan berpisah untuk melanjutkan kehidupan mereka di alamnya masing-masing. Ritual Nyaagang merupakan tanda dari akhir perayaan Galungan dan Kuningan.
4. Tradisi Makan Bersama: Megibung
Sumber: ramadan.tempo.co
Tradisi unik Klungkung lainnya yang masih dilestarikan yaitu tradisi makan bersama Megibung. Megibung berasal dari kata “gibung” yang dalam bahasa Bali memiliki arti berbagi satu sama lain. Masyarakat akan duduk bersama-sama dan menyantap aneka lauk dalam satu wadah. Hal ini menonjolkan suasana kekeluargaan dan solidaritas antarwarga setempat.
Kegiatan makan bersama ini biasanya dilengkapi dengan aktivitas berbagi cerita dan pikiran dengan satu sama lain. Makanan yang dihidangkan bervariasi meliputi olahan daging babi, ayam, kambing, atau sapi. Masyarakat Hindu maupun Islam yang berada di Bali turut melaksanakan tradisi Megibung ini pada upacara atau perayaan tertentu yang sedang mereka laksanakan.
5. Tarian Sakral Baris Jangkang
Sumber: bali.tribunnews.com
Tari Baris Jangkang merupakan salah satu tradisi tari sakral yang berada di Dusun Pelilit, Desa Pejukutan Nusa Penida. Berdasarkan cerita turun menurun, tarian ini diperkirakan telah ada sejak tujuh abad silam dan biasa ditarikan pada masa Kerajaan Klungkung.
Gerakan sederhana dari tarian ini memiliki makna manusia Bali berupa palemahan, yaitu hubungan manusia dan alam. Tarian sakral Baris Jangkang dipentaskan pada upacara agama dan ketika terdapat sebuah wabah penyakit. Dalam rangka melestarikan tradisi ini, warga rutin menampilkan tarian ini pada setiap pesta kesenian Bali.
Saksikan Berbagai Pementasan Budaya di Festival Semarapura 2024!
Setelah membaca sederet tradisi-tradisi unik yang ada di Kabupaten Klungkung, pastinya kalian semakin penasaran dengan warisan budaya lainnya yang tidak kalah menarik. Yuk, lihat dan jelajahi daya tarik lainnya dengan menghadiri Festival Semarapura 2024!
Festival ini akan berlangsung pada tanggal 28 April - 1 Meil 2024 di Kabupaten Klungkung, Bali. Acara ini akan dimeriahkan dengan berbagai aktivitas menarik mulai dari Pemilihan Jegeg Bagus hingga Tournament E-Sport, lho! Selain itu, festival ini juga akan dimeriahkan oleh berbagai pengisi acara budaya dan musik yang sayang untuk dilewatkan.
Yuk, ajak sahabat dan keluarga liburan #DiIndonesiaAja, kita saksikan keunikan budaya, dan keindahan alamnya, sambil ikut memajukan ekonomi Indonesia!
Supaya kamu tetap up-to-date dengan informasi seputar event dan fakta menarik lainnya, pastikan selalu mengunjungi laman event.indonesia.travel dan sudah mengikuti kanal media sosial Karisma Event Nusantara di Instagram dan TikTok ya!